Gaji Kecil Pekerjaan ‘Segudang’? Mengeluh Bukanlah Solusi!


KOMPAS.com – Sebagai seorang perempuan karier yang bekerja di perusahaan milik orang lain, tentu Anda pernah berhadapan dengan situasi kurang mengenakkan. Karena tidak berani mengutarakan rasa tidak nyaman tersebut pada atasan, otomatis perubahan yang diharapkan tak kunjung terealisasikan.
Situasi seperti di atas merupakan asal mula perilaku karyawan yang sering mengeluh. Padahal mengeluh soal pekerjaan itu pastinya tidak akan ada habisnya. Namanya juga bekerja untuk orang lain, sudah pasti beberapa aturan yang ditetapkan tidak semuanya wajib didiskusikan ke seluruh lapisan karyawan.
Tetapi, jika Anda memiliki persoalan pada pekerjaan yang dirasa genting, seharusnya Anda segera mendiskusikannya dengan atasan. Sebab, keluhan kecil bisa menjadi sebesar ‘bukit’, bila terus menerus diungkit tanpa penyelesaian.
Bila Anda merasa porsi pekerjaan yang dibebankan lebih banyak dibandingkan rekan lainnya, cobalah berpikir positif, ini artinya perusahaan lebih percaya pada Anda ketimbang karyawan yang lain. Dan untuk menanggulangi pekerjaan yang tak kunjung rampung, datanglah ke kantor lebih pagi atau setidaknya tepat waktu. Dengan begini, Anda bisa menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
Lalu, kurangilah kebiasaan mengeluh! Lou Hotz pernah mengatakan, “Jangan sesumbar mengeluhkan permasalahan Anda ke orang lain, karena 20 persen dari mereka tidak akan peduli, dan 80 persen sisanya merasa bahagia bahwa hidup Anda lebih sulit dari mereka.’’
Untuk menimbulkan rasa cinta dan bahagia dengan pekerjaan Anda, kurangilah kebiasaan lembur di kantor. Jadilah, karyawan dengan mental manusia dewasa, yakni mengerjakan apa yang menjadi kewajiban Anda di waktu kerja dan luangkan waktu untuk menikmati hidup Anda.
Apabila Anda berhasil menerapkan aturan ini, melihat dedikasi dan performa kerja yang cemerlang, pastinya perusahaan tidak akan tutup mata pada kinerja Anda. Jadi apabila di lain waktu hadir posisi yang lebih baik, kemungkinan Anda yang dipromosikan, tentunya lebih besar dibandingkan rekan lainnya.

SUMBER

0 comments:

Kaya Dengan Atau Tanpa Harta, Bisa?


بسم الله الرحمن الرحيم

Kalau pertanyaan berikut diajukan kepada kita: mau jadi orang kaya atau miskin? Tentu mayoritas, atau bahkan semua akan memilih jadi orang kaya. Pilihan ini wajar karena kekayaan identik dengan kebahagiaan, kecukupan dan ketenangan hidup, sementara tentu tidak ada seorangpun yang ingin hidupnya sengsara.
Akan tetapi permasalahan yang sebenarnya adalah dengan apa orang menjadi kaya sehingga dia bisa hidup tenang dan berkecukupan? Apakah dengan harta benda atau pangkat dan jabatan duniawi semata?
Jawabannya pasti: tidak, karena kenyataan di lapangan membuktikan bahwa banyak orang yang memiliki harta berlimpah dan jabatan yang tinggi tapi hidupnya jauh dari kebahagiaan dan digerogoti berbagai macam penyakit kronis yang bersumber dari hati dan pikirannya yang tidak pernah tenang.
Kalau demikian, dengan apakah seorang manusia bisa meraih kekayaan, kecukupan dan kebahagiaan hidup sejati?
Temukan jawaban pertanyaan di atas dalam hadits berikut ini::
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan/kecukupan (dalam) jiwa (hati)1.
Inilah jawaban dari hadits Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam yang merupakan wahyu Allah Ta’ala Pencipta alam semesta beserta isinya, termasuk jiwa dan raga manusia. Dialah Yang Maha Mengetahui tentang segala keadaan manusia, tidak terkecuali sebab yang bisa menjadikan mereka meraih kekayaan, kecukupan dan kebahagiaan hidup sejati.
Maha benar Allah Ta’ala yang berfirman:
أَلا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
Bukankah Allah yang menciptakan (alam semesta beserta isinya) maha mengetahui (segala sesuatu)? Dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui” (QS al-Mulk:14).
Hadits ini merupakan argumentasi kuat, ditambah bukti nyata di lapangan, yang menunjukkan bahwa kekayaan dan kecukupan dalam hati merupakan sebab kebahagiaan hidup manusia lahir dan batin, meskipun orang tersebut tidak memiliki harta yang berlimpah.
Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika segumpal daging itu baik maka akan baik seluruh tubuh manusia, dan jika segumpal daging itu buruk maka akan buruk seluruh tubuh manusia, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati manusia”2.
Benar, kekayaan yang sejati adalah iman kepada Allah Ta’ala dan ridha terhadap segala ketentuan dan pemberian-Nya, ini akan melahirkan sifat qana’ah (selalu merasa cukup dengan rezki yang diberikan Allah Ta’ala).
Inilah sifat yang akan membawa keberuntungan besar bagi hamba di dunia dan akhirat. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Sungguh sangat beruntung seorang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rizki yang secukupnya dan Allah menganugrahkan kepadanya sifat qana’ah (merasa cukup dan puas) dengan rezki yang Allah Ta’ala berikan kepadanya3.
Apa yang dijelaskan dalam hadits ini tidaklah mengherankan, karena arti “kaya” yang sesungguhnya adalah merasa cukup dan puas dengan apa yang dimiliki, adapun orang yang tidak pernah puas dan selalu rakus mencari tambahan, meskipun hartanya berlimpah, maka sungguh inilah kemiskinan yang sejati, karena kebutuhannya tidak pernah tercukupi.
Imam Ibnu Baththal berkata: “Makna hadits di atas: Bukanlah kekayaan yang hakiki (dirasakan) dengan banyaknya harta, karena banyak orang yang Allah jadikan hartanya berlimpah tidak merasa cukup dengan pemberian Allah tersebut, sehingga dia selalu bekerja keras untuk menambah hartanya dan dia tidak perduli dari manapun harta tersebut berasal (dari cara yang halal atau haram). Maka (dengan ini) dia seperti orang yang sangat miskin karena (sifatnya) yang sangat rakus. Kekayaan yang hakiki adalah kekayaan (dalam) jiwa (hati), yaitu orang yang merasa cukup, qana’ah dan ridha dengan rezki yang Allah limpahkan kepadanya, sehingga dia tidak (terlalu) berambisi untuk menambah harta (karena dia telah merasa cukup) dan tidak ngotot mengejarnya, maka dia seperti orang kaya”4.
Oleh karena itu, kemiskinan yang sebenarnya adalah sifat rakus dan ambisi yang berlebihan untuk menimbun harta serta tidak pernah merasa cukup dengan pemberian Allah Ta’ala.
Padahal kalau saja seorang manusia mau berpikir dengan jernih dan merenungkan, apakah kerakusan dan ketamakannya akan menjadikan rezki yang telah Allah Ta’ala tetapkan baginya bisa bertambah dan semakin luas? Tentu saja tidak, karena segala sesuatu yang telah ditetapkan-Nya tidak akan berubah, bertambah atau berkurang.
Bahkan lebih dari itu, justru kerakusan dan ambisi yang berlebihan mengejar perhiasan dunia, itulah yang akan menjadikannya semakin menderita dan sengsara. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)5.
Kesimpulannya, orang yang paling kaya adalah orang yang paling qana’ah (selalu merasa cukup dengan rezki yang diberikan Allah ) dan ridha dengan segala pembagian-Nya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “…Ridhalah (terimalah) pembagian yang Allah tetapkan bagimu maka kamu akan menjadi orang yang paling kaya (merasa kecukupan)6.

0 comments:

Manfaat Ingat Mati



Apa manfaat ingat mati atau mengingat kematian?
Berikut beberapa faedah atau manfaatnya yang sengaja penulis sarikan dari penjelasan ulama sebagai nasehat untuk kita semua.
1- Mengingat kematian adalah termasuk ibadah tersendiri, dengan mengingatnya saja seseorang telah mendapatkan ganjaran karena inilah yang diperintahkan oleh suri tauladan kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2- Mengingat kematian membantu kita dalam khusyu’ dalam shalat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اذكرِ الموتَ فى صلاتِك فإنَّ الرجلَ إذا ذكر الموتَ فى صلاتِهِ فَحَرِىٌّ أن يحسنَ صلاتَه وصلِّ صلاةَ رجلٍ لا يظن أنه يصلى صلاةً غيرَها وإياك وكلَّ أمرٍ يعتذرُ منه
Ingatlah kematian dalam shalatmu karena jika seseorang mengingat mati dalam shalatnya, maka ia akan memperbagus shalatnya. Shalatlah seperti shalat orang yang tidak menyangka bahwa ia masih punya kesempatan melakukan shalat yang lainnya. Hati-hatilah dengan perkara yang kelak malah engkau meminta udzur (meralatnya) (karena tidak bisa memenuhinya).” (HR. Ad Dailami dalam musnad Al Firdaus. Hadits ini hasan sebagaimana kata Syaikh Al Albani)
3- Mengingat kematian menjadikan seseorang semakin mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan Allah. Karena barangsiapa mengetahui bahwa ia akan menjadi mayit kelak, ia pasti akan berjumpa dengan Allah. Jika tahu bahwa ia akan berjumpa Allah kelak padahal ia akan ditanya tentang amalnya didunia, maka ia pasti akan mempersiapkan jawaban.
4- Mengingat kematian akan membuat seseorang memperbaiki hidupnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أكثروا ذكر هَاذِمِ اللَّذَّاتِ فإنه ما ذكره أحد فى ضيق من العيش إلا وسعه عليه ولا فى سعة إلا ضيقه عليه
Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehiupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat).” (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al Albani).
5- Mengingat kematian membuat kita tidak berlaku zholim. Allah Ta’ala berfirman,
أَلَا يَظُنُّ أُولَئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ
Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan.” (QS. Al Muthoffifin: 4). Ayat ini dimaksudkan untuk orang-orang yang berlaku zholim dengan berbuat curang ketika menakar. Seandainya mereka tahu bahwa besok ada hari berbangkit dan akan dihisab satu per satu, tentu mereka tidak akan berbuat zholim seperti itu.
Imam Qurthubi menyebutkan dalam At Tadzkiroh mengenai perkataan Ad Daqoq mengenai keutamaan seseorang yang banyak mengingat mati:
1- menyegerakan taubat
2- hati yang qona’ah (selalu merasa cukup)
3- semangat dalam ibadah
Sedangkan kebalikannya adalah orang yang melupakan kematian, maka ia terkena hukuman:
1- menunda-nunda taubat
2- tidak mau ridho dan merasa cukup terhadap apa yang Allah beri
3-  bermalas-malasan dalam ibadah.
Semoga Allah menghindarkan kita dari penyakit cinta dunia dan takut mati.

0 comments:

Kisah penampakan Jin di zaman Rasulullah.


http://files.myopera.com/perjalanan/blog/kiyudi_8-1.jpg
solusiislam.com - Sudah tidak asing bagi kita bahwa sejak zaman Nabi Adam As hingga akhir zaman kelak, iblis beserta kawan-kawannya akan terus menjerumuskan manusia agar masuk kedalam perangkap dan golongannya.
Dan berikut adalah beberapa bukti nyata, bahwa jin dan golongannya telah menggoda manusia, bahkan menampakkan dirinya sebagai manusia dan berusaha terus merayu dan menggoda yang terjadi pada zaman Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam.

Baca artikel sebelumnya tentang sifat-sifat kegigihan (baik) dari syetan yang pantas 'ditiru':



solusiislam.com - Sudah tidak asing bagi kita bahwa sejak zaman Nabi Adam As hingga akhir zaman kelak, iblis beserta kawan-kawannya akan terus menjerumuskan manusia agar masuk kedalam perangkap dan golongannya.
Dan berikut adalah beberapa bukti nyata, bahwa jin dan golongannya telah menggoda manusia, bahkan menampakkan dirinya sebagai manusia dan berusaha terus merayu dan menggoda yang terjadi pada zaman Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam.

Baca artikel sebelumnya tentang sifat-sifat kegigihan (baik) dari syetan yang pantas 'ditiru':

1.     Di Darun Nadwah

Ketika para tokoh kafir Quraisy berkumpul di Darun Nadwah (gedung parlemen mereka), iblis menyusup dan menjelma sebagai seorang tokoh besar dengan baju kebesarannya. Saat mereka melihatnya, mereka pun bertanya: “Siapakah Anda?” ia menjawab, “Saya Syekh (tokoh) dari kota Nejed. Saya mendengar kalian telah bersatu, karena itulah saya hadir ke sini untuk agar kalian tidak kehilangan pendapat dan nasehat saya.” Mereka antusias menyambutnya; “Ya silahkan masuk.” Iblis pus masuk bersama mereka lalu berkata, “Perhitungkanlah keberadaan lelaki itu (Muhammad). Demi Allah, sepak terjangnya tak akan bisa kalian bending …” (Sirah Ibnu Hisyam: 2/94 dan Tafsir Ibnu Katsir: 2/379)

2.     Di Perang Badar
Ibnu Abbas berkata, “Iblis telah menyerupai manusia sebagai sosok Suraqah bin Malik, pemuka Bani Mudlij. Ia datang ke tengah barisan tentara orang-orang musyrikin. Ia berkata: ‘Tidak ada seorang pun yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini, dan sesungguhnya saya adalah pelindungmu’. Ketika manusia telah berkumpul Rasulullah SAW. mengambil segenggam debu, lalu beliau lemparkan ke arah orang-orang musyrikin, mereka pu lari tunggang langgang. Lalu Jibril menemui Iblis. Waktu itu Iblis sedang memegangi tangan salah seorang musyrik, begitu melihat kedatangan Jibril, ia langsung melepaskan tangan orang musyrik tersebut dan kabur mengambil langkah seribu. Orang musyrik itu pun langsung meneriakinya: ‘Wahi Suraqah, kamu tadi mengklaim diri sebagai pelindung kami? “ Iblis menjawab, “Sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kalian tidak bisa melihatnya, sesungguhnya saya takut kepada Allah. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.” Itulah reaksi Iblis saat melihat para malaikat.” (Tafsir Ibnu Katsir: 2/317).

3.     Di Dalam Shalat
Aisyah ra. berkata, “Ketika Rasulullah shalat, datanglah syetan kepadanya. Lalu Rasulullah menangkapnya, membantingnya dan menyekiknya. Rasulullah bersabda, “Sampai aku rasakan lidahnya yang dingin di tanganku.” (HR. Nasa’i)

4.     Di Dalam Gudang Zakat
Abu Hurairah berkata: Rasulullah mengamanahiku untuk menjaga hasil pengumpulan zakat di bulan Ramadhan, lalu datanglah seseorang. Lalu ia menciduk hasil zakat dengan tangannya. Aku menegurnya: “Demi Allah, kamu akan saya laporkan ke Rasulullah.” Lalu ia berkata: “Saya sangat butuh sekali, dan saya mempunyai keluarga yang sangat membutuhkan makanan ini.” Maka aku membiarkannya pergi. Di pagi harinya, Rasulullah bertanya kepadaku: “Apa yang dilakukan tahananmu semalam?”. (Lalu Abu Hurairaih bercerita, dan peristiwa itu berulang tiga kali), sampai akhirnya jin itu mengajari Abu Hurairah ayat Kursi untuk membentengi diri dari gangguan syetan. Dan hal itu dibenarkan Rasulullah. Beliau berkata, “Kali ini ia benar, padahal la pembohong, ia adalah syetan.” (HR. Bukhari).

5.     Di Dalam Gentong
Ubay bin Ka’ab berkata: “Saya pernah punya gentong yang berisi kurma, saya selalu memeriksanya. Namun pada suatu saat, kurma itu berkurang dan waktu itu saya melihat sosok hewan menyerupai anak remaji. Aku pun menegurnya, “Apakah kamu jin atau manusia?”' la menjawab: “Aku jin”. Aku bertanya: “Apa yang bisa membentengi kami dari kejahatanmu?”' la meniawab:”Ayat Kursi”. Lalu aku ceritakan hal itu ke Rasulullah. Beliau bersabda, “Syetan itu benar.” (HR. Nasa’i)

6.     Di Dalam Keranjang
Sesunggqhnya Abu Ayyub mempunyai sekeranjang kurma, lalu datangtah hantu (syetan menampakkan diri) dan mengambilnya. Kemudian aku lapor ke Rasulullah, beliau berdabda, “Pergilah (ke tampatmu semula), apabila kamu melihatnya lagi, bacalah!. “Bismillah ajibi Rosulallah” (Dengan nama Allah, Taatilah seruan Rasulullah). Kemudian aku praktikkan, lalu dia (hantu tersebut) bersumpah untuk tidak datang lagi. Cerita ini sama dengan yang dialami oleh Abu Hurairah.” (HR. Tirmidzi)

7.      Di Dalam Rumah
Abu As-Sa’ib berkata bahwa bahwa Abu Sa'id al-Khudri pernah bercerita tentang pemuda penghuni rumah sebelahnya yang mati akibat balas dendam jin yang dibunuhnya. Waktu itu, jin itu menampakkan diri berupa ular, Tidak diketahui secara persis, mana yang terlebih dahulu mati, pemuda atau ular?
Ketika peristiwa itu disampaikan ke Rasulullah SAW. Beliau bersabda, “Sesungguhnya di Madinah ini ada jin yang telah masuk lslam. Oleh sebab itu, jika kalian melihat salah satu dari mereka, maka biarkanlah (izinkanlah) tiga hari. Jika setelah itu masih terlihat, maka bunuhlah karena ia adalah syetan.” (simak kisah Iengkapnya dalam hadits riwayat lmam Muslim).
Sumber : Majalah Ghoib Edisi 41/2
Artikel: www.solusiislam.com

0 comments:

Gadget dan TV Jadi Musuh Anak Saat Ini

Orang tua disarankan membatasi anak-anak menonton televisi
Orang tua disarankan membatasi anak-anak menonton televisi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Motivator asal Surabaya Bagus Sanjoto menegaskan, gadget dan televisi menjadi musuh anak sehingga perlu disikapi secara bijak.
"Gadget dan televisi itu tantangan anak sekarang yang perlu diwaspadai," katanya di Surabaya, Sabtu (26/10).
Menurutnya, gadget dan televisi bisa mencetak anak-anak menjadi tidak baik. "Ada banyak fakta virus gadget dan televisi, di antaranya anak menjadi tidak disiplin, tidak peduli orang lain, minta uang terus, tidak mau membantu orang tua, dan sebagainya," tambah dia.
Yang lebih parah, paparnya, bila anak-anak menerima informasi negatif dari gadget dari temannya. "Kalau isi televisi itu 70 persen tak berguna," katanya.
Namun, hal itu perlu disikapi secara bijak. Seperti anak diajak lebih banyak beraktivitas secara fisik. Bisa olah raga, bersepeda, bermain, dan jalan-jalan.
"Kalau televisi bisa dikurangi dengan pemasangan satu televisi saja yang ditempatkan di lokasi yang digunakan semua anggota keluarga. Kalau bisa letaknya agak tinggi agar mudah capek," katanya.

SUMBER

0 comments:

Orang Baik Selalu Dapat Jodoh yang Baik?


Muslimah/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Assalamualaikum wr wb
Ustaz, saya pernah membaca Alquran yang artinya kurang lebih bahwa laki-laki/wanita beriman akan berjodoh dengan laki-laki/wanita beriman juga. Tapi, pada kenyataannya, saya sering melihat hal yang sebaliknya. Mohon penjelasan.
Jawaban:
Waalaikumussalam wr wb
Takdir Allah dalam hal jodoh pasti adil dan jika dihayati secara mendalam akan kita temukan bahwa tidak ada cacat sedikit pun dari takdir-takdirnya. Pikiran kitalah yang gagal menafsirkannya atau karena kita yang tidak mengembalikan segala urusan kepada Allah.
Di antara bentuk keadilan Allah, seperti pada ayat berikut, "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)."  (QS an-Nur [24]:26).
Namun, tak semua keadilan Allah Yang Maha Adil dalam hal jodoh itu dapat kita ukur dengan ukuran selera keadilan kita yang bercampur keinginan dan kepentingan sepihak. Di balik ujian dari pasangan yang berlawanan, ada hikmah yang menjadi rahasia Allah, seperti yang terjadi pada Nabi Nuh dan Luth AS yang diuji dengan istri yang berkhianat terhadap ketauhidan yang dibawa oleh suami mereka.
Dalam kasus ini, Allah hendak menguji ketauhidan dan prioritas cinta sang suami, memilih Allah ataukah istri mereka yang durhaka itu dan menjadi peringatan bagi sang Nabi bahwa tanpa seizin Allah, istrinya pun tidak dapat diselamatkan dari siksa Allah.
Lain halnya dengan Asiah yang diuji Allah dengan suami yang durhaka. "Dan Allah membuat istri Firaun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: 'Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang lalim'." (QS at-Tahrim [66]:11).
Dalam masalah ini, Allah hendak meninggikan derajat Asiah di surga sehingga menjadi rendah dan murahlah semua harta dan kemewahan Firaun di matanya, walau hal ini menjadi standar keberhasilan umumnya wanita dalam mencari jodoh. Wallahu a'lam bish shawab.

SUMBER

0 comments: